Breaking News

Indonesia Melampaui 700MW Kapasitas Terpasang Solar PV, Namun Kemajuan Dinilai ‘Tidak Memadai’

Institut untuk Reformasi Layanan Esensial (IESR) Indonesia mencatat bahwa negara ini telah melampaui 700MW kapasitas terpasang solar PV, namun memperingatkan bahwa kemajuan ini “tidak memadai” untuk memenuhi target iklim global.

Menurut laporan terbaru yang dirilis oleh lembaga think tank tersebut, kapasitas terpasang solar PV Indonesia mencapai 717,71MW pada Agustus 2024. Yang menarik, proyek solar PV terapung Cirata dengan kapasitas 145MW, yang dipasang pada November 2023, hampir melipatgandakan kapasitas solar PV on-grid pada tahun itu.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 17GW proyek solar PV yang sedang dalam tahap pengembangan. Perusahaan utilitas negara, PLN, juga akan mengembangkan sekitar 3,2GW solar PV hingga tahun 2030.

Teknologi solar PV terapung menjadi salah satu teknologi terdepan yang akan diterapkan di Indonesia, yang diakui sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Karena kurangnya jaringan transmisi di beberapa daerah, solar terapung dapat menyediakan energi terbarukan bagi wilayah-wilayah tersebut.

Panel surya yang dipasang di atas air juga dapat bekerja lebih efisien karena dapat menurunkan suhu. Selain itu, bayangan dari panel dapat mengurangi penguapan air dan menjaga ketersediaan air untuk kebutuhan minum atau irigasi.

Peluang di Singapura Salah satu pendorong utama pengembangan solar PV di Indonesia bukan hanya untuk dekarbonisasi dalam negeri, tetapi juga potensi ekspor energi hijau yang menguntungkan ke negara kota pulau, Singapura.

Untuk negara seperti Singapura yang memiliki permintaan energi tinggi tetapi lahan terbatas untuk pembangkit energi terbarukan, mendapatkan energi dari negara tetangga seperti Malaysia atau Indonesia, yang memiliki lahan luas dan sumber daya matahari yang melimpah, bisa menjadi kunci dalam dekarbonisasi dan modernisasi jaringan listrik.

Karena itu, Singapura sedang bekerja untuk membangun beberapa koridor energi dengan negara lain, termasuk proyek AAPowerLink di Australia. Proyek di Australia ini bertujuan untuk memasang antara 17GW hingga 20GW kapasitas solar PV dan antara 36,42GWh hingga 42GWh kapasitas penyimpanan energi melalui kabel bawah laut sepanjang 4.300km.

Bagi Indonesia, IESR menyatakan bahwa ekspor energi Indonesia ke Singapura akan mencapai total 3,4GW kapasitas, yang diperkirakan think tank setara dengan sekitar 7,56GW kapasitas pembangkit listrik tenaga surya.

Pembaca PV Tech mungkin sudah mengetahui bahwa Vena Energy dan Shell Eastern Trading baru-baru ini mendapatkan persetujuan bersyarat dari Otoritas Pasar Energi Singapura (EMA) untuk mengekspor 400MW solar PV dari Kepulauan Riau di Indonesia ke Singapura.

Penurunan Biaya Solar PV Skala Besar Poin penting lainnya dari laporan tersebut adalah bahwa biaya pengembangan solar PV skala besar telah turun sebesar 19% dalam lima tahun terakhir, terutama karena modul solar PV yang lebih murah dan pengurangan biaya non-fisik.

Untuk mendorong adopsi solar PV skala besar, PLN telah mengorganisir pengadaan bundel yang melibatkan berbagai jenis pembangkit listrik dan menjalin kemitraan strategis dengan anak perusahaannya.

IESR juga mengidentifikasi kebutuhan tambahan kapasitas fleksibilitas sebesar 746MW untuk meningkatkan adopsi solar PV atap. Kapasitas tambahan ini akan berasal dari operasi pembangkit listrik fleksibel, terutama batu bara, serta peluncuran sistem penyimpanan energi secara signifikan.

Terkait pendanaan untuk proyek solar PV di Indonesia, laporan tersebut menyatakan bahwa hingga saat ini, sekitar US$112 juta telah dialokasikan untuk pengembangan proyek solar PV pada tahun 2024.