Pemilihan presiden pertama saya mengajarkan saya bahwa perubahan dibangun melalui keterlibatan, komunitas, dan ketahanan yang melampaui satu hasil.
Pemilihan presiden pertama yang saya ikuti adalah gejolak emosi, yang memadukan harapan, frustrasi, dan tekad menjadi satu hari yang tak terlupakan. Pemilu 2024 bukan sekadar pelajaran tentang demokrasi—itu adalah kursus kilat tentang kemanusiaan. Sejak saya mendaftar untuk memilih, saya terjun langsung ke pusaran itu, mengubah tanggung jawab kewarganegaraan saya yang baru ditemukan menjadi tindakan sebagai juru kampanye. Yang tidak saya duga adalah bagaimana perjalanan ini akan membentuk kembali pandangan saya tentang apa arti sebenarnya dari “membuat perbedaan”.
Pelajaran dari Rumah Tangga
Mengetuk pintu dan berbicara dengan teman sebaya di kampus adalah petualangan tersendiri. Keragaman pendapat, latar belakang, dan prioritas yang saya temui sungguh mencengangkan. Tentu saja, ada beberapa orang yang memutar mata dan menepis dengan tidak sopan (beberapa orang benar-benar membenci clipboard), tetapi yang paling penting, pengalaman itu menegaskan kembali keyakinan saya pada kemauan generasi kita untuk terlibat. Bahkan mereka yang memiliki pandangan yang berlawanan sering kali mendekati percakapan dengan tingkat rasa hormat yang mengingatkan saya mengapa dialog itu penting.
Ada sesuatu yang kuat dalam menyaksikan orang-orang bergumul dengan masalah, berbagi harapan, atau melampiaskan frustrasi. Momen-momen ini mengingatkan saya bahwa pemilu lebih dari sekadar statistik—itu sangat pribadi bagi setiap pemilih.
The Warwick Center: Demokrasi dalam Aksi
Hari Pemilu itu sendiri merupakan kelas master dalam kesabaran dan mengamati orang. Dari fajar hingga tempat pemungutan suara ditutup, Warwick Center ramai dengan energi. Antrean mengular di sekitar gedung, dan seorang DJ bahkan mengatur suasana dengan musik untuk menjaga semangat tetap tinggi. Pemandangan ratusan siswa—beberapa gelisah, yang lain tampak lelah—berdiri dalam antrean selama berjam-jam untuk menyampaikan suara mereka sungguh menginspirasi.
Pada satu titik, ketika lagu “HOT TO GO!” karya Chapell Roan terdengar dari pengeras suara, saya tidak bisa menahan tawa. Di sanalah kami, di tengah hari yang bersejarah dan menegangkan, dan tiba-tiba suasana terasa lebih seperti pesta blok. Itu adalah pengingat yang menyentuh hati bahwa bahkan di saat-saat yang paling intens, orang menemukan cara untuk bersatu, menciptakan suasana solidaritas.
Berbagai Hasil yang Beragam
Carolina Utara mencatat rekor jumlah pemilih, dengan lebih dari 4,4 juta pemilih berpartisipasi lebih awal. Secara lokal, New Hanover County tetap menjadi medan pertempuran, dengan Harris dan Trump bersaing ketat. Sementara Trump akhirnya mengklaim kemenangan, selisih tipis mencerminkan daerah—dan negara—yang sangat terpecah belah.
Namun di luar pemilihan presiden, Carolina Utara juga memiliki banyak kemenangan. Kemenangan gubernur terpilih Josh Stein terasa seperti hembusan napas kolektif bagi banyak orang yang takut akan alternatifnya. Pengangkatan Mo Green sebagai Pengawas menjanjikan sistem pendidikan yang memprioritaskan kesetaraan. Kenaikan Rachel Hunt menjadi Letnan Gubernur dan kepemimpinan Elaine Marshall yang berkelanjutan sebagai Menteri Luar Negeri membawa secercah harapan untuk kemajuan.
Tetap saja, melihat Trump menang lagi terasa seperti pukulan telak. Kenangan tahun 2016 kembali membanjiri, tidak hanya bagi saya tetapi juga bagi banyak orang lain yang melihat impian mereka tentang masa depan yang berbeda pupus untuk sementara. Itu adalah pil pahit yang harus ditelan, terutama memikirkan komunitas yang paling rentan terhadap konsekuensi dari kemenangan tersebut.
Harapan di Balik Hasil
Namun, di tengah kekecewaan, saya tidak dapat mengabaikan percikan harapan. Percakapan yang saya lakukan, energi para pemilih, dan tekad yang kuat dari mereka yang ikut serta memperjelas bahwa: kemajuan tidak ditentukan oleh satu pemilihan. Kemajuan dibangun dalam momen keberanian, kegigihan, dan persatuan.
Pemilihan ini mengingatkan saya bahwa demokrasi adalah proses yang hidup dan terus berkembang. Ia tumbuh bukan karena hasil yang sempurna, tetapi karena partisipasi. Setiap suara yang diberikan, setiap percakapan yang dilakukan, dan setiap upaya untuk terlibat merupakan batu bata di jalan menuju perubahan yang berarti. Perubahan tidak selalu langsung terjadi, tetapi selalu layak diperjuangkan.
Melangkah Maju Bersama
Saat meninggalkan Warwick Center malam itu, dengan lesu tetapi bersemangat, saya membawa serta tujuan hidup. Ya, ada pekerjaan yang harus dilakukan. Ya, kemunduran memang menyakitkan. Namun, ada juga momentum yang tak terbantahkan yang dipicu oleh semua orang yang muncul, berbicara, dan memperjuangkan apa yang mereka yakini.
Kata-kata Kamala Harris terngiang di telinga saya: “Ini bukan saatnya untuk menyerah. Ini saatnya untuk bekerja keras.” Harapan yang dipicu oleh pemilihan ini tidak akan sirna—ini adalah fondasi untuk membangun. Jadi, terlepas dari apakah Anda gembira atau kecewa dengan hasilnya, mari kita terus maju. Karena begitulah perubahan terjadi.
Dan bagi siapa pun yang berjuang melawan beban momen ini, ingatlah, Anda tidak sendirian. Sumber daya seperti DoSomething.org ada untuk mendukung Anda. Mari kita saling bersandar dan terus melangkah maju—bersama-sama.