Pekerja seks menderita berbagai kondisi kesehatan mental | Kredit foto: Getty Images/iStockphoto
Heeramandi, serial Netflix karya Sanjay Leela Bhansali, menyelidiki kehidupan para pelacur di India sebelum kemerdekaan, mengangkat kisah-kisah pekerja seks yang tak terhitung jumlahnya. Terletak di distrik lampu merah bersejarah di Lahore, tempat ini menyajikan gambaran jelas tentang interaksi kompleks antara tekanan sosial, ambisi pribadi, dan pencarian martabat dan kebebasan. Meskipun film ini menggambarkan ketahanan dan keagenan para perempuan, menghadapi kenyataan pahit dalam profesi mereka di bawah pemerintahan kolonial Inggris, film ini juga secara halus menyoroti tantangan kesehatan mental yang mereka hadapi, yang masih sangat relevan.
Secara global, pekerja seks terus menghadapi tantangan kesehatan mental yang berat yang diperburuk oleh stigma sosial, kekerasan, tekanan ekonomi, dan isolasi. Meskipun sebagian besar wacana publik seputar pekerja seks meromantisasi atau mengkriminalisasi profesi tersebut, sering kali wacana tersebut mengabaikan perjuangan nyata dalam kesehatan mental. Keadaan unik dalam pekerjaan mereka membuat pekerja seks rentan terhadap stres emosional dan psikologis yang kompleks. Namun, akses terhadap layanan kesehatan mental masih terbatas.
Spektrum masalah
Pekerja seks menderita berbagai kondisi kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan gangguan penggunaan narkoba. Hal ini timbul dari berbagai faktor seperti kekerasan, eksploitasi dan stigma sosial. Stigma adalah salah satu faktor terbesar yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental Anda. Jika tidak termasuk dalam kategori ini, pekerja seks tidak mendapatkan hak asasi manusia yang mendasar, sehingga menghambat mereka dalam mengakses layanan kesehatan penting. Pengecualian ini membuat mereka rentan terhadap penderitaan psikologis yang serius, dan stigma yang terkait dengan profesi mereka merupakan penghalang utama untuk mencari bantuan. Kekerasan selalu terjadi dalam kehidupan mereka. Banyak yang mengalami kekerasan fisik, emosional, dan seksual dari klien, mucikari, dan bahkan pihak berwenang. Hal ini mengakibatkan trauma dan gangguan stres pasca trauma, yang secara signifikan mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Trauma yang berkepanjangan akibat kekerasan memperburuk gangguan kesehatan mental, menciptakan siklus yang sulit diputus tanpa intervensi yang tepat.
Tekanan keuangan semakin mendorong masalah kesehatan mental mereka. Banyak yang tertarik pada profesi ini karena putus asa secara finansial, seringkali sebagai satu-satunya cara untuk menghidupi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Sifat pekerja seks yang berbahaya, ditambah dengan kurangnya kesempatan kerja alternatif, menyebabkan stres dan kecemasan kronis. Ketidakstabilan pendapatan meningkatkan rasa tidak aman dan semakin merusak kesehatan mental mereka.
Penggunaan narkoba merupakan mekanisme penanggulangan yang umum di kalangan pekerja seks yang bergantung pada obat-obatan atau alkohol untuk mengelola stres dan trauma. Namun, penggunaan narkoba memperburuk masalah kesehatan mental mereka, menjebak mereka dalam siklus kecanduan, isolasi, dan memburuknya kesejahteraan mental. Isolasi yang dihadapi oleh pekerja seks memperburuk akses mereka terhadap sistem dukungan sosial, meningkatkan perasaan putus asa, dan memperparah masalah kesehatan mental. Kurangnya dukungan ini merupakan tema yang berulang, baik secara historis maupun saat ini.
Tidak adanya intervensi khusus
Persimpangan antara pekerja seks dan kesehatan mental mengungkap tantangan mengakar yang memerlukan intervensi komprehensif dan penuh kasih. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, khususnya untuk mengatasi pencegahan dan pengobatan HIV, layanan kesehatan mental khusus yang ditujukan untuk pekerja seks masih kurang. Misalnya saja, walaupun India sudah melihat inisiatif-inisiatif yang berfokus pada pencegahan HIV, masih terdapat kesenjangan dalam layanan kesehatan mental. Namun, proyek database kesehatan mental sedang dilaksanakan di Sonagachi, Kolkata, dengan tujuan memberikan intervensi dan dukungan yang lebih tepat sasaran. Inisiatif ini menekankan perlunya solusi berbasis data yang disesuaikan dengan kebutuhan unik kesehatan mental masyarakat.
Banyak kemajuan dapat dicapai jika realitas yang dialami oleh pekerja seks diakui dan jika intervensi mengatasi kebutuhan kesehatan mental mereka dengan sensitif dan mendesak. Penelitian ekstensif diperlukan untuk menguji kelayakan, penerimaan dan efektivitas intervensi yang dirancang bersama dengan pekerja seks di India untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Selain itu, advokasi berkelanjutan diperlukan untuk menetapkan kebijakan pendukung yang menawarkan paket layanan komprehensif, termasuk peluang ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan mental, perlindungan hukum terhadap kekerasan, dan upaya untuk mengurangi stigma sosial.
Dukungan hukum adalah suatu bidang
Krisis kesehatan mental di kalangan pekerja seks memerlukan intervensi yang kolaboratif, penuh kasih dan komprehensif. Perlindungan hukum, akses terhadap layanan kesehatan mental dan penciptaan ruang aman di mana pekerja seks dapat mengakses dukungan sosial sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagaimana disoroti dalam laporan “Pekerja seks dan kesehatan mental: akses terhadap layanan kesehatan mental bagi orang-orang yang menjual seks di Jerman, Italia, Swedia dan Inggris”, jaringan dukungan sebaya sangat penting untuk kesehatan mental. Dengan berfokus pada realitas kehidupan para pekerja seks dan mendorong kebijakan yang mendukung, masyarakat dapat bergerak menuju pendekatan yang lebih adil dan manusiawi dalam mengatasi tantangan kesehatan mental yang dihadapi oleh komunitas yang terpinggirkan ini.
Manmeet Kaur Bhatia adalah peneliti di George Institute for Global Health di India. YK Sandhya adalah Pemimpin Program Kesehatan Mental di George Institute for Global Health, India
Diterbitkan – 20 November 2024 12:08 WIB