Breaking News

Ramayana dalam diri kita – Hindu

Ramayana dalam diri kita – Hindu

Pertarungan berkecamuk jauh di dalam dirinya. Namun, cahayanya akan menembus tabir tebal ini. | Kredit foto: SREEJITH R. KUMAR

TRamayana berfungsi sebagai eksplorasi mendalam tentang sifat manusia, kebajikan dan keburukan, kualitas yang bergema jauh di dalam diri kita. Sebagai hakim Pengadilan Tinggi, kehidupan profesional saya memerlukan komitmen teguh terhadap keadilan dan integritas. Namun, saya juga manusia biasa yang menjalani emosi dan hubungan yang kompleks. Saat merenungkan undangan untuk meresmikan acara bincang-bincang Ramayana, saya mendapati diri saya merenungkan bagaimana ciri-ciri sentral dari tokoh-tokoh utamanya terwujud dalam diri saya. Dualitas ini mendorong saya untuk merenungkan bagaimana hal ini mempengaruhi keputusan saya di Pengadilan dan di luarnya.

Rama melambangkan dharma: kebenaran dan kewajiban moral. Kambar menggambarkannya sebagai “Maryada Purushottama”, pria ideal yang membela kebenaran bahkan dalam kesulitan. Dalam peran saya sebagai hakim, saya berusaha mewujudkan komitmen Rama terhadap kebenaran dengan memastikan bahwa penilaian saya adil dan berdasarkan prinsip etika. Namun, beban ekspektasi terkadang membuat saya mempertanyakan keputusan saya. Sama seperti Rama yang menghadapi cobaan yang menguji tekadnya, saya juga menghadapi tantangan yang memaksa saya untuk merenungkan secara mendalam apa artinya bertindak adil.

Atas nama keadilan, saya berdiri tegak, dengan kebenaran sebagai panduan saya melalui naik turunnya. Bagaikan busur Rama, kokoh dan benar, aku mencari jalan yang benar dalam segala hal yang kulakukan. Sita mewakili pengabdian dan ketahanan yang tak tergoyahkan. Kambar menggambarkannya sebagai teladan kebajikan yang menanggung penderitaan namun tetap teguh dalam cintanya pada Rama. Dalam kehidupan pribadi saya, ketangguhan Sita menginspirasi saya untuk tetap setia dan mendukung orang-orang yang saya sayangi, bahkan ketika menghadapi tantangan.

Tuntutan profesi saya seringkali membutuhkan pengorbanan: waktu jauh dari orang-orang terkasih atau kerja emosional dalam menangani kasus-kasus sulit. Melalui cobaan berat dan bayang-bayang yang dalam, hatinya tetap menjadi tempat cinta tetap ada. Di setiap badai, semangatnya bersinar, mercusuar yang bersinar di mana harapan selaras.

Lakshmana melambangkan kesetiaan dan keberanian, mendampingi Rama dalam suka dan duka. Peran saya sebagai hakim seringkali mengharuskan saya untuk mengadvokasi keadilan dalam komunitas saya. Saya merasakan kesetiaan Lakshmana ketika saya mendukung inisiatif yang memajukan keadilan. Namun, kesetiaan ini terkadang dapat menimbulkan konflik ketika harus menyeimbangkan kewajiban profesional dengan hubungan pribadi. Atas nama kesetiaan, saya mengambil pendirian saya, dengan keberanian yang teguh dan tangan yang teguh. Sebagai Lakshmana di sisi Rama, saya menghadapi setiap tantangan dengan kekuatan dan kebanggaan.

Hanuman terkenal karena pengabdian dan keberaniannya yang luar biasa. Kesetiaannya yang tak tergoyahkan kepada Rama menjadikannya sosok yang dicintai. Keberanian sangat penting dalam peran saya sebagai hakim, baik dalam mengambil keputusan sulit atau mengatasi ketidakadilan sistemik. Keberanian Hanuman menginspirasi saya di saat-saat ketika saya harus menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan atau membela suara-suara yang terpinggirkan. Dengan hati yang membara dan semangat yang bebas, saya menghadapi setiap ujian dengan tekad. Seperti Hanoman, kuat dengan iman yang cemerlang, saya bangkit dengan cahaya batin.

Rahwana mewakili ego dan keinginan yang tidak terkendali, didorong oleh ambisi yang pada akhirnya berujung pada kejatuhannya. Sebagai seorang hakim, saya sangat sadar akan bahaya ego, baik pada diri saya sendiri maupun pada orang lain dalam sistem hukum. Ada kalanya ambisi mengaburkan penilaian atau mengarah pada keputusan yang didasarkan pada kepentingan pribadi dan bukan keadilan. Mengenali sifat-sifat ini mendorong introspeksi tentang motivasi saya. Dalam bayang-bayang kekuatan kesombongan, sebuah pembelajaran dari penderitaan Rahwana. Bagi orang yang buta ego dimana kebijaksanaan seharusnya berkuasa, sebuah peringatan tergores dalam kepedihan. Bharata mencontohkan sikap tidak mementingkan diri sendiri dan pengorbanan, mengutamakan keluarga daripada ambisi pribadi. Altruisme Bharata bergema dalam diri saya ketika saya berusaha menyeimbangkan tanggung jawab profesional dengan komitmen pribadi. Ada kalanya saya memprioritaskan tugas saya di atas keinginan pribadi (bekerja lembur atau membimbing pengacara muda), namun ketidaktertarikan ini dapat menyebabkan pengabaian terhadap kesejahteraan saya sendiri. Dalam cinta tanpa pamrih, dia memilih jalan: menghormati keluarganya saat fajar. Sebagai Bharata yang setia dan memiliki hati yang besar, saya berupaya melayani dengan tangan terbuka.

Meskipun sifat-sifat mulia ini menginspirasi saya, saya bergumul dengan pikiran negatif yang dapat menutupi sifat-sifat baik ini. Pikiran buruk dapat menyusup ke dalam pikiran saya seperti tamu yang tidak diinginkan; Hal-hal tersebut tidak diundang, mengarah pada perkataan yang tidak baik atau tindakan tergesa-gesa yang tidak mencerminkan karakter saya yang sebenarnya. Kambar mengingatkan kita melalui cobaan Sita bahwa bahkan individu yang berbudi luhur pun menghadapi godaan yang menguji tekad mereka. Saat dihadapkan pada stres atau kekecewaan, baik karena keputusan yang tidak menguntungkan atau konflik antarpribadi, saya terkadang bergumul dengan perasaan frustrasi atau keraguan: Pikiran: “Apakah keputusan yang saya ambil benar?”; Kata-kata: “Mengapa Anda tidak dapat melihat sesuatu dari sudut pandang saya?”; Fakta: Bereaksi dengan tergesa-gesa, bukannya menanggapi dengan penuh pertimbangan.

Untuk melawan hal-hal negatif diperlukan kesengajaan; Sama seperti seseorang melatih tubuhnya melalui olahraga, mereka juga harus melatih pikirannya melalui penguatan positif. Dalam bayang-bayang gelap dimana keraguan bersemayam,

Pertarungan berkecamuk jauh di dalam dirinya. Namun, cahayanya akan menembus tabir tebal ini. Dengan kekuatan baru, saya akan menang. Ketika saya merenungkan karakter-karakter Ramayana ini (kebenaran Rama, ketangguhan Sita, kesetiaan Lakshmana, keberanian Hanoman, ego Rahwana, dan sikap Bharata yang tidak mementingkan diri sendiri), saya mengenali kehadiran mereka dalam diri saya dalam berbagai situasi. Ramayana. Setiap karakter menawarkan pelajaran berharga tentang sifat manusia dan pertumbuhan pribadi.

Saat kita menavigasi jalan kita dalam profesi mulia ini, marilah kita berusaha untuk meniru kebajikan yang dicontohkan oleh kebenaran Rama dan ketangguhan Sita. Setiap keputusan yang kita ambil berkontribusi pada tatanan keadilan yang lebih luas—sebuah perjalanan yang layak dilakukan di tengah kompleksitas kehidupan. Refleksi ini mengajak kita semua untuk merenung: karakter manakah yang paling ingin kita tiru? Penelitian ini mengajak kita untuk mengeksplorasi lanskap batin kita sambil mempertimbangkan bagaimana kita dapat mewujudkan kebajikan yang kita kagumi sambil belajar dari kekurangan kita—sebuah perjalanan yang layak dilakukan di tengah kompleksitas kehidupan.

(Penulis adalah hakim Pengadilan Tinggi Madras)

anaushram44@gmail.com

Sumber