Breaking News

Spanyol akan menawarkan visa kepada 900.000 imigran tidak berdokumen di tengah lonjakan jumlah imigran

Spanyol akan menawarkan visa kepada 900.000 imigran tidak berdokumen di tengah lonjakan jumlah imigran

Jumlah migran yang tiba di Kepulauan Canary Spanyol dari Afrika Barat mencapai rekor tertinggi tahun ini, menurut data pemerintah yang baru dirilis.

Sekitar 41.425 migran tiba di pulau-pulau tersebut antara 1 Januari dan 30 November, menurut angka yang dirilis Senin. Angka tersebut melampaui 39.910 migran yang terdaftar pada tahun 2023, yang juga memecahkan rekor sebelumnya. Sebagian besar imigran berasal dari Mali, Maroko dan Senegal.

Pulau-pulau tersebut terletak di Samudera Atlantik, lebih dari 100 kilometer sebelah barat Maroko, dan telah lama menarik para migran yang mencari kehidupan baru di Eropa.

Angka-angka terbaru ini dirilis ketika Spanyol menguraikan rencana untuk menawarkan visa kepada 900.000 imigran tidak berdokumen yang sudah berada di negara tersebut, sambil membatasi kedatangan pendatang baru.

Madrid mengumumkan rencana untuk menawarkan visa kepada 300.000 imigran tidak berdokumen setiap tahun selama tiga tahun ke depan, sehingga mereka dapat tetap tinggal di negara tersebut untuk belajar dan mencari pekerjaan.

Spanyol memerlukan pajak bagi pekerja muda untuk membiayai pensiun dan layanan kesehatan bagi penduduk lanjut usia, menurut Menteri Migrasi Elma Saiz.

“Spanyol harus memilih antara menjadi negara terbuka dan makmur atau menjadi negara tertutup dan miskin. Dan kami telah memilih yang pertama. Itu sebabnya sudah ada 2,9 juta orang asing yang berkontribusi setiap bulannya ke Jamsostek [taxes]”Saiz mengumumkan pada konferensi pers di Madrid pada 19 November.

Saiz mengatakan pemerintah berencana untuk “mengurangi birokrasi” untuk memudahkan imigran memasuki pasar tenaga kerja.

“Kami ingin memudahkan orang asing untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan profil profesional mereka dan, pada saat yang sama, bagi perusahaan untuk menemukan profesional yang mereka butuhkan,” ujarnya.

Visa hanya akan ditawarkan kepada imigran yang sudah berada di Spanyol.

Pada saat yang sama, Madrid mengatakan pihaknya membatasi kedatangan migran melalui perjanjian dengan negara-negara Afrika untuk membatasi keberangkatan migran dan meningkatkan patroli di laut lepas. Spanyol juga meminta badan perbatasan Uni Eropa, Frontex, untuk melanjutkan patroli di wilayah tersebut.

Pihak berwenang telah berjuang untuk mengatasi peningkatan kedatangan migran ke Kepulauan Canary. Para migran dewasa ditahan di kamp-kamp sementara mereka menunggu transfer ke semenanjung Spanyol, tempat permohonan visa mereka diproses. Anak-anak di bawah 18 tahun ditempatkan di tempat penampungan di pulau-pulau tersebut dan ditawari tempat di sekolah-sekolah setempat.

Sebuah kapal dari Senegal yang membawa 136 migran, termasuk 40 wanita dan 17 anak kecil, tiba setelah diselamatkan di laut oleh kapal SAR Spanyol di pelabuhan La Restinga, di pulau Canary El Hierro, pada 28 November 2024.

Bocar Gueye, 36, yang tiba di Pulau Gran Canaria dari Mauritania, mengatakan kepada VOA bahwa dia senang bisa selamat dalam perjalanan tersebut.

“Mereka akan memberikan tiketnya [for travel to the mainland] untuk semua orang, tapi itu tidak mudah. Semua orang akan menunggu giliran mereka. Dengan segala kesulitan yang kami alami di laut, saya rasa kami semua bisa bersabar,” kata Gueye.

Namun, ketegangan di pulau-pulau tersebut meningkat. Penduduk Las Palmas melancarkan demonstrasi pada bulan Oktober menentang peningkatan kedatangan imigran. Banyak yang khawatir bahwa rencana pemerintah untuk mengatur status migran yang sudah berada di Spanyol akan mendorong lebih banyak orang untuk melakukan perjalanan tersebut.

“Saat ini, kami tidak memerlukan imigran untuk bekerja,” kata Rudy Ruyman, yang membantu mengorganisir protes 27 Oktober. “Apa yang kami perlukan adalah memberikan pekerjaan kepada bangsa Canaria dan Spanyol pada umumnya. Kita harus menjaga tanah kita, masyarakat kita, anak-anak kita, dan mendorong orang Canaria dan Spanyol untuk memiliki anak. Karena jika tidak, apa yang tersisa dari Spanyol dan Kepulauan Canary? Kami akan kehilangan identitas kami,” katanya kepada VOA.

Perdebatan mengenai migrasi dibayangi oleh tragedi. Perjalanan dari pesisir Atlantik Afrika ke Kepulauan Canary tetap menjadi salah satu rute paling mematikan menuju Eropa. Badan-badan bantuan memperkirakan sekitar 1.000 orang meninggal setiap bulan saat mencoba menyeberang.

Sumber