Breaking News

Bagaimana Mossad menjual alat peledak ke Hizbullah?

Bagaimana Mossad menjual alat peledak ke Hizbullah?

Pada tanggal 17 September, setelah hampir setahun meningkatnya konflik antara Israel dan Hizbullah, Mossad melakukan salah satu operasi kontra intelijen paling berani dalam sejarah: “pager plot.” Operasi ini, yang merupakan versi modern dari kuda Troya, melibatkan agen mata-mata Israel yang membuat pager berisi bom yang tanpa disadari dibawa oleh para pejuang Hizbullah di tubuh mereka.

Dampak dari rencana ini sangat besar, menyebabkan melemahnya pengaruh Iran, jatuhnya rezim Assad di Suriah, dan hampir hancurnya Hizbullah. Kami berbicara dengan dua agen senior Mossad yang baru saja pensiun, yang memainkan peran kunci dalam operasi tersebut, dalam kondisi yang ketat untuk melindungi identitas mereka.

Salah satu agen, “Michael”, menjelaskan bahwa operasi tersebut dimulai satu dekade lalu, awalnya dengan pengembangan walkie-talkie yang dapat meledak. Mossad memasang alat peledak di dalam baterai walkie-talkie dan menjualnya kepada Hizbullah, yang tanpa sadar membeli lebih dari 16.000 senjata tersebut.

Untuk mengembangkan operasinya, Mossad memusatkan perhatiannya pada penggunaan pager yang terus dilakukan Hizbullah. Bekerja sama dengan perusahaan Taiwan bernama Gold Apollo, Mossad menciptakan pager jebakan dan membuat modifikasi halus untuk memasukkan bahan peledak. Pengujian menunjukkan bahwa hanya orang yang memakai pager yang akan dirugikan, meskipun ada orang lain di dekatnya.

Setelah mengatasi keberatan internal, tim Mossad meluncurkan kampanye pemasaran global, mempromosikan pager sebagai produk premium. Akhirnya, Hizbullah membeli 5.000 pager, tanpa menyadari sifat mematikannya.

Pada 17 September 2024, Mossad mengaktifkan pager, menyebabkan ledakan di seluruh Lebanon. Ledakan tersebut menyebabkan kekacauan yang meluas dan banyak anggota Hizbullah terluka. Mossad kemudian mengaktifkan walkie-talkie yang telah tidak aktif selama bertahun-tahun. Serangan gabungan tersebut menyebabkan sekitar 30 orang tewas dan 3.000 orang terluka, dan korban luka menjadi pengingat akan keberhasilan operasi tersebut.

Serangan itu terbukti menjadi titik balik. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang tampak hancur dan kalah, memberikan pidato yang tenang keesokan harinya. Pasukannya yang mengalami demoralisasi melihat pemimpin mereka berada dalam kondisi rentan, yang menandai awal kejatuhan Hizbullah. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan runtuhnya struktur komando mereka dan seruan gencatan senjata.

Dampak dari operasi tersebut terasa di seluruh wilayah. Dengan hancurnya Hizbullah, pengaruh Iran berkurang dan rezim Assad di Suriah jatuh. Agen Mossad berharap keberhasilan ini akan berdampak pada kelompok lain, termasuk Hamas, yang kini mungkin merasa lebih terisolasi dan rentan.

Dampak psikologis dari operasi ini sangat signifikan. Michael mencatat bahwa setelah ledakan pager, bahkan masyarakat Lebanon pun khawatir benda-benda sehari-hari, seperti AC, bisa meledak, sehingga menimbulkan rasa kerentanan yang berkepanjangan. Agen Mossad melihat ini sebagai bagian dari strategi mereka untuk menggoyahkan Hizbullah dan mempertahankan keunggulan mereka di medan perang.

Meskipun metode yang digunakan Israel kontroversial, tidak dapat disangkal bahwa tindakan Mossad telah mengubah Timur Tengah, memberikan keuntungan bagi Israel dan membuat musuh-musuhnya berada dalam kekacauan.

Sumber