PERTANYAAN:
Runtuhnya tambang batu bara di Sanjdi yang terletak sekitar 40 kilometer dari Quetta telah memakan korban jiwa sedikitnya empat orang dan delapan penambang masih terjebak di bawah tanah.
Peristiwa tersebut terjadi akibat penumpukan gas yang menyebabkan ledakan dan runtuhnya tambang. Operasi penyelamatan, yang berlangsung lebih dari 24 jam, masih sulit dilakukan karena adanya gas beracun dan puing-puing.
Menteri Pertambangan dan Keuangan Balochistan Mir Shoaib Nosherwani mengkonfirmasi penemuan empat jenazah dan meyakinkan bahwa tim penyelamat melakukan upaya sekuat tenaga untuk menyelamatkan para penambang yang tersisa. Ia menyatakan penyesalan yang mendalam atas kejadian tersebut dan menekankan bahwa tidak ada pemilik tambang yang diizinkan beroperasi di luar batasan hukum dan peraturan keselamatan.
Otoritas Penanggulangan Bencana Provinsi (PDMA) telah mengerahkan tim teknis untuk membantu penyelamatan dan unit penyelamat tambahan telah dikerahkan mengikuti instruksi dari pemerintah provinsi.
Pemerintah telah menjanjikan tindakan tegas terhadap setiap pelanggaran peraturan pertambangan, kata Shahid Rind, juru bicara pemerintah provinsi.
Namun Nosherwani, Menteri Pertambangan, menegaskan kembali perlunya langkah-langkah keselamatan modern dalam operasi pertambangan dan meyakinkan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kelalaian akan menghadapi konsekuensi serius.
Tragedi ini kembali menyerukan penerapan protokol keselamatan yang lebih ketat di sektor pertambangan Balochistan. Upaya penyelamatan terus dilakukan sementara pihak berwenang berupaya menyelamatkan para penambang yang terjebak.
Kerabat para korban menderita kesakitan yang melumpuhkan selama lebih dari 24 jam di luar lokasi tambang yang terkena dampak. “Kami ingin penyelidikan atas insiden ini,” Pir Muhammad Kakar, salah satu pimpinan asosiasi pekerja tambang, mengatakan kepada The Express Tribune melalui telepon.
Dia menuntut tindakan tegas terhadap pemilik tambang batu bara dan pejabat yang bertanggung jawab di departemen pertambangan.
Pada hari Kamis, kedua belas penambang batu bara dikhawatirkan tewas menyusul ledakan gas di tambang batu bara tersebut. Tim penyelamat setempat mulai mencari para pekerja di tambang swasta tersebut, sebelum bergabung dengan dua tim dari Quetta.
“Ledakan itu disebabkan oleh penumpukan gas metana,” kata Abdullah Shawani, kepala departemen pertambangan provinsi tersebut.
“Dua belas pekerja berada di dalam sebuah tambang swasta ketika seluruh tambang runtuh akibat ledakan,” tambah Abdul Ghani Baloch, pejabat senior di departemen tersebut.
Dia mengatakan tim penyelamat tertunda karena tidak dapat menemukan pintu masuk ke tambang.
Juru bicara pemerintah Balochistan Shahid Rind mengkonfirmasi insiden tersebut dan menyoroti bahaya yang terus-menerus dihadapi oleh para penambang, dengan menyatakan: “Kondisi kerja yang berbahaya di tambang batu bara terus merenggut nyawa manusia yang berharga setiap hari.” Lebih lanjut, ia menekankan tantangan yang dihadapi tim penyelamat akibat struktur tambang yang runtuh tidak stabil.
Meskipun mengalami kesulitan, Rind meyakinkan masyarakat bahwa “segala upaya dilakukan untuk menyelamatkan para penambang yang terjebak.” Meski demikian, diakuinya risiko yang dihadapi tim penyelamat masih besar dan sejauh ini belum ada kabar terkini mengenai nasib 12 penambang tersebut.
Juru bicara tersebut menyerukan perhatian segera terhadap langkah-langkah keselamatan di pertambangan batu bara, dengan mengatakan: “Sudah waktunya untuk memprioritaskan keselamatan untuk menghindari tragedi semacam ini di masa depan.” (Dengan kontribusi dari AFP)